Bupati Kampar Minta Camat dan Kasek Berikan Pemahaman kepada Masyarakat Bahaya Campak dan Rubella

Sabtu, 20 Oktober 2018 12:35:13 662
Bupati Kampar Minta Camat dan Kasek Berikan Pemahaman kepada Masyarakat Bahaya Campak dan Rubella
Capaian Imunisasi MR Masih Rendah
Bangkinang, inforiau.co - Imunisasi campak dan rubella, MR (Measles Rubella) sangat penting bagi anak. Namun di Kabupaten Kampar, cakupan pelaksanaan program ini masih jauh yang diharapkan, hanya 31 persen lebih. Melihat kondisi ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan World Health Organization (WHO) langsung turun tangan ke Kabupaten Kampar guna melakukan evaluasi dan sosialisasi.
Kegiatan bertajuk Mid-Term Review Kampanye Imunisasi MR Fase 2 Tahun 2018, Kabupaten Kampar digelar di Hotel Labersa, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Jum'at (19/10/2018). Sejumlah pihak diundang untuk mengikuti kegiatan ini diantaranya camat se-Kabupaten Kampar Kepala Puskesmas se-Kabupaten Kampar, sejumlah kepala sekolah dan dari organisasi seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Kampar. Selain itu pihak Forkopimda dari Dandim 0313/KPR dan Kapolres Kampar. Peserta yang hadir 75 orang dari 89 yang diundang.
Acara dibuka oleh Bupati Kampar yang diwakili Asisten III Setdakab Kampar Hj Nurhasani,M M dan dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau
Dra Hj Mimi Yuliani Nazir Apt, MM, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar H Nurbit,SH, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kampar Drs H Alfian, M.Ag, pemateri dari Kementerian Kesehatan RI Syafrial, SKM, M.Kes dan perwakilan WHO Nofrida.
Dalam pemaparannya Syafrial, SKM, MKes mengungkapkan bahwa realiasi cakupan imunisasi MR di Provinsi Riau khususnya di Kabupaten Kampar masih rendah yakni 31 persen.
Ia memastikan bahwa tidak ada yang ilegal dalam kegiatan imunisasi ini. Jika sebelumnya masyarakat meragukan halal atau haramnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa terbaru yakni Fatwa Nomor 33 Tahun 2018 yang menyebutkan bahwa penggunaan vaksin MR untuk saat ini boleh (mubah).
Campak dan rubella adalah penyakit infeksi menular melalui saluran napas yang disebabkan oleh virus. Campak dapat menyebabkan komplikasi yang serius seperti diare, radang paru (pneumonia), radang otak (ensefalitis), kebutaan bahkan kematian.
Rubella biasanya berupa penyakit ringan pada anak, akan tetapi bila menulari ibu hamil pada trimester pertama atau awal kehamilan, dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan.
Kecacatan tersebut dikenal sebagai Sindroma Rubella Kongenital di antaranya meliputi kelainan pada jantung dan mata, ketulian dan keterlambatan perkembangan. Tidak ada pengobatan untuk penyakit campak dan rubella, namun penyakit ini dapat dicegah.
Imunisasi dengan vaksin MR adalah pencegahan terbaik untuk kedua penyakit ini. Satu vaksin mencegah dua penyakit sekaligus.
Bupati Kampar yang diwakili Asisten II Setdakab Kampar Hj Nurhasani, MM mengatakan, kampanye Imunisasi MR telah mulai dilaksanakan secara resmi oleh Wakil Bupati Kampar pada tanggal 1 Agustus yang lalu, akan tetapi program dari Kementrian Kesehatan RI tersebut sampai sekarang baru mencapai lebih kurang 31 persen lebih, sementara waktu tinggal lebih kurang 10 hari lagi.
Padahal Kemenkes sendiri berharap pada sepuluh hari kedepan realisasi Imunisasi MR bisa tercapai mencapai 95%. Untuk mewujudkan hal tersebut Pemkab Kampar siap mendukung imunisasi MR. Dengan demikian diharapkan kepada para camat dan kepala sekolah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam melakukan imunisasi MR mulai usia 9 bulan sampai 15 tahun.
Diakui belakangan ini banyak isu negatif yang timbul ditengah masyarakat terkait Imunisasi MR, pertama terbuat dari kandungan babi yang dinilai haram serta banyak korban yang terkena setelah melakukan suntik imunisasi MR, padahal sebenarnya yang ada korban akibat dari tidak dilakukannya imunisasi MR," terang Nurhasani.
Mantan Kadis Kominfo dan Persandian tersebut juga menjelaskan, bahwa imunisasi telah terbukti berhasil menghilangkan penyakit cacar variola dan polio, serta menekan lebih dari 99% kasus tetanus neonatorum di Indonesia.
Kadis Kesehatan Provinsi Riau Dra Hj Mimi Yuliani Nazir Apt, MM mengungkapkan, pelaksanaan imunisasi fase pertama di Pulau Jawa tahun lalu berjalan lancar yang cakupannya mencapai 98 persen.
Namun pelaksanaan difase kedua, diantaranya di Riau menghadapi persoalan dimana banyak orang tua yang tidak mau anaknya diimunisasi.
Berbagai pihak telah bersepakat untuk melaksanakan program ini termasuk MUI, Kementerian Agama, ulama, kepala daerah, camat dan lainnya. Komitmen telah dibuat bahwa capaian ini harus meningkat hingga batas akhir pelaksanaan tanggal 31 Oktober nanti. Selain keluarnya fatwa MUI yang membolehkan, vaksin MR juga telah terregistrasi di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan telah dilakukan pengkajian.
Mimi menambahkan, capaian di Riau awalnya baik, namun karena adanya pemberitaan di media dan media sosial capaiannya menurun tajam. Untuk Kabupaten Kampar berada di urutan ketujuh dari 12 kabupaten/kota se-Riau yakni 31 persen lebih. Target imunisasi vaksin MR di Riau sebanyak 1.955.700 orang anak usia 9 bulan sampai 15 tahun. Kampar lebih dari 123 ribu orang anak. Kampar lima terbesar sasaran Riau diluar Pekanbaru, Rohul, Rohil dan Inhu.
Sampai 18 Oktober 2018 untuk Riau baru 36 persen capaian, ini masih jauh dari target capaian. Rata-rata di Indonesia 62,67 persen dari target 95 persen. "Dengan hadirnya camat, Forkopimda, Kepala Kementerian Agama untuk melakukan diskusi, kita berharap bagaimana bida mencapai target yang dilakukan oleh pemerintah," ujar Mimi.
Ia juga mengungkapkan virus campak dan rubella sangat berbahaya apalagi sampai tertular kepada ibu hamil, salah satu akibatnya kecacatan pada anak. Oleh sebab itu WHO terus melakukan kampanye agar ini tidak mewabah.
Pemateri lainnya Kadis Kesehatan Kabupaten Kampar H Nurbit menambahkan, pemerintah hanya punya waktu selama sepuluh hari dan Kampar capaiannya masih 31 persen. "Yang diperlukan bagaimana memberikan keyakinan kepada orang tua," ucap Nurbit.
"Sepuluh hari kedepan camat
Bagaimana waktu sepuluh hari dipilah perdesa memberikan pemahaman," imbuh mantan Asisten II Setdakab Kampar ini.
Capaian dibawah 10 persen terjadi didaerah masyarakatnya yang homogen.
Ia menegaskan, secara prinsip MUI tidak menolak dengan keluarnya Fatwa Nomor 33. Di Kampar Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga tabggal 3 September lalu sudah menginstruksikan seluruh sekolah mendukung pelaksanaan imunisasi MR.
Kemudian Kemenag Kampar juga membuat surat 12 Oktober 2018 mendukung pelaksanaannya.
"Perlu ada kiatnya, dijelaskan kepada masyarakat kalau MR tak dilaksanakan ini akibatnya. Yang terinfeksi virus dalam kandungan ini akibatnya. Diskes posisinya bukan pada domain halal haram. Posisi kita melindungi masyarakat dari aspek kesehatan," tegas Nurbit.
Kepala Kementerian Agama Kabupaten Kampar Drs H Alfian, M.Ag juga angkat bicara dalam kesempatan ini.
Untuk bisa melakukan imunisasi MR,
Kemenag sudah sama-sama sepakat dengan MUI. "Setelah duduk bersama, kami sangat mendukung sekali program pemerintah," beber Alfian.
Perwakilan WHO Nofrida menambahkan,
pertemuan semacam ini hanya dilakukan di 10 provinsi, tetapi tidak di semua kabupaten di provinsi tersebut. Kampar terpilih karena di mata nasional Kampar sangat penting.
"Hasil survei telah diketahui apa yang jadi masalah kenapa capaiannya sangat rendah,"
kata Nofrida. Ia mengharapkan peran media juga mendukung program ini dengan menyampaikan dampak akibat tidak dilakukannya vaksin MR terhadap anak.
"Dari hasil survei, kunjungan rumah ke rumah ada tiga alasan masyarakat yang menonjol. Yang terbanyak alasannya takut anaknya jatuh sakit. Kedua soal isu halal haram. Ketiga karena tidak tahu.
Kita punya bidang masing-masing, ada ahlinya. Masalah sakit ada ahlinya, masalah halal haram juga sudah ada ahlinya, semua sudah ada jawaban," katanya.
Ketua PWI Kabupaten Kampar Akhir Yani dalam kesempatan ini memaparkan bahwa berbagai isu negatif terhadap program imunisasi MR di media massa maupun medsos harus diimbangi dengan pemberitaan dari sisi positif dari media massa seperti media cetak, elektronik dan online.
Kampanye program ini harus lebih masif dengan melibatkan wartawan, salah satu wartawan di PWI siap untuk dilibatkan dalam berbagai kegiatan kampanye dan tindakan.(rilis)

KOMENTAR